Cerita Evakuasi AirAsia QZ8501 dari Relawannya Relawan

45

Kumai – Sore itu hujan mengguyur deras ketika beberapa relawan di Posko Pelabuhan Panglima Utar, Kumai, Kalimantan Tengah sedang melepas lelah. Beberapa lainnya tetap siaga yang nantinya bergantian pada jam yang ditentukan.

Berdiri di tengah tenda-tenda relawan, ada sebuah pos kesehatan dari Puskesmas Kumai. Duduk tiga orang di situ dan dua diantaranya masih terbilang muda.

“Saya kebetulan lulusan D3 keperawatan di sini, sekarang diperbantukan di posko ini. Sudah dari hari Senin (29/12) kami di sini,” ujar Puji Purwanto (26) mengawali perbincangan sore itu (4/1/2015).

Tugas dia dan kawannya adalah memeriksa tekanan darah para relawan saja ketika diminta. Aktifitas yang memerlukan waktu siaga lebih lama membuat para relawan mudah lelah dan butuh penanganan cepat untuk kembali siaga.

“Biasanya kami kasih obat-obatan sederhana saja. Kalau sudah sakit berat akan ditangani dokter. Tapi Alhamdulillah belum ada yang berat, paling-paling hanya diinfus saja sudah dua orang,” imbuh dia.

Rupanya Puji tak hanya diam menunggu di posko saja. Berceritalah dia ketika ada jenazah yang dikirim lewat tug boat dari KRI Bung Tomo pada Rabu malam (31/12/2014) lalu.

Dia ikut dalam rombongan tug boat yang mengantar jenazah ke Pelabuhan Panglima Utar. Sebuah pengalaman baru bagi dia yang selama ini wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat belum pernah alami.

“Ada dua jenazah yang diantar waktu itu. Jangan ditanya lagi soal kondisinya, tapi kami bisa antarkan sampai ke RSUD Imanuddin,” ujar Puji.

Tak sedikit pun detik-detik disiasiakan. Dalam hitungan menit, jenazah diantar ke RSUD yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari pelabuhan.

“Untungnya semua relawan terlatih. Jadi tidak ada yang kaget atau pingsan ketika membawa jenazah,” ucap Puji.

Baca juga:  F16 Terbakar di Halim, Jokowi Tetap Terbang Ke Bandung

Hari-hari siaga pun berlalu. Tak sedikit pula relawan yang mulai tumbang satu per satu.

“Pernah ada dari angkatan yang bawa kapal itu pusing-pusing dan mual karena beberapa hari di kapal. Kami beri obat sesuai kebutuhan saja,” kata Puji.

Menurut Puji, kebanyakan relawan mulai sakit ketika terlalu lama bermalam di tenda terbuka. Angin laut di malam hari membuat kebanyakan relawan masuk angin dan kurang fit.

Sumber

Previous articleEmpat Trik Nyaman Belanja Online
Next articleTim Psikiater Terus Mendampingi Keluarga Korban AirAsia QZ8501