Dua tahun lalu, pengelola Bandara Soekarno-Hatta, yaitu PT Angkasa Pura (AP) II menyatakan kapasitas bandara itu sudah terlampaui sejak 2003. Ketika itu, jumlah penumpang sudah mencapai 19,7 juta penumpang per tahun, sedangkan kapasitas hanya 18 juta penumpang. Pada 2010, jumlah penumpang mencapai 37 juta orang. Tahun berikutnya sudah bertambah lagi menjadi 44,27 juta orang. Dan akhir 2012, jumlah penumpangnya mencapai 57,77 juta orang.
Pada 2011, Bandara Soeta termasuk 12 bandara tersibuk di dunia, dan pada 2012 sudah masuk sembilan bandara terpadat di dunia. Airports Council International (Badan Bandara Internasional) pernah menyatakan, pertumbuhan Bandara Soeta sangat pesat dan tercepat kedua di dunia, yaitu sebanyak 19,4% atau di bawah Bandara Shanghai, China yang pertumbuhannya mencapai 26,4%.
Antisipasi Lambat
Tapi mengapa, pemerintah maupun AP II lambat, tidak selekasnya mengantisipasi peluang itu agar tidak merugikan banyak pihak, tapi justru makin menguntungkan. Padahal, hal iu merupakan peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Hal itu diungkap antara lain oleh anggota Komisi V DPR Saleh Husin dan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Joko Setiawarno di sela dialog terbatas yang diadakan Institut Studi Transportasi (Instran), selasa (27/11) di Jakarta.
Menurut Saleh, sudah dua tahun berlalu, seolah pemerintah tak melakukan upaya apa-apa kecuali mengejar keuntungan semata. Kepada Neraca, Saleh mengusulkan agar secepatnya pemerintah melebarkan bandara itu. “Bangun lagi landasan pacunya menjadi tiga atau empat sekalian agar mampu menampung lonjakan jumlah penumpang dan banyaknya pesawat yang parkir,” kata anggota Komisi V DPR yang membidangi masalah perhubungan ini.
Dia pun menyontohkan, Bandara Changi di Singapura memiliki fasilitas bandara yang masih nyaman dan memadai. Karena itu, pemerintah secepatnya melakukan langkah cepat agar kondisi Bandara Soeta tak menjadi seperti pasar yang semrawut. Sebab, jika kondisi bandara yang sudah over capacity itu berlarut-larut, akan ada banyak pihak dirugikan.
Di antara kerugian itu, penumpang tak lagi bisa menikmati jadwal penerbangan yang pasti, karena pesawat harus mengantre untuk bisa lepas landas atau mendarat di sana. Keterlambatan itu juga bakal diderita para maskapai penerbangan, karena harus kehilangan bahan bakar akibat harus terbang lebih lama sebelum mendarat di Cengkareng. Padatnya lalu lintas di landasan pacu telah menyebabkan pergerakan pesawat ke landasan pacu juga lambat, bisa makan waktu hingga 40 menit.
Sejumlah maskapai penerbangan pun mengusulkan diterapkannya terbang malam. Sebab, di waktu malam, praktis tak ada jadwal pesawat yang lepas landas atau mendarat. Yang sudah mencoba terbang malam antara lain Batik Air dan Lion Air. Keduanya punya pengalaman terbang malam dari Cengkareng ke Ambon. Demikian Air Asia.
Joko juga melihat, kelambatan itu lebih banyak disebabkan karena pemerintah, juga kalangan DPR tak mempunyai konsep atau pemikiran yang sejalan satu-sama lain. “Antar instansi masih terlihat egonya masing-masing. Hal itulah yang menyebabkan banyak proyek infrastruktur yang molor atau tak jalan sama sekali,” kata dia.
Terlambatnya antisipasi itu, kata Joko, antara lain juga tidak disiapkannya jaringan dan sarana transportasi dan dari ke Bandara Soeta. Sebab, lalu lintas dari dan ke arah bandara tersebut sudah sangat padat, tidak mengindahkan batas waktu, pagi, siang sore, dan malam. “Itu sebabnya saya mendesak agar realisasi pembangunan rel kereta Bandara-Manggarai segera terwujud agar kepadatan ,” kata Joko yang juga ketua Forum Perkeretaapian. (saksono)
SEPULUH BANDARA TERSIBUK DI DUNIA:
———————————————————————–
No. BANDARA PENUMPANG
———————————————————————–
- Hartsfield–Jackson Atlanta 95.462.867
- Beijing Capital 81.929.359
- London Heathrow 70.037.417
- Tokyo 66.795.178
- O’Hare, Chicago 66.633.503
- Los Angeles 63.688.121
- Paris Charles de Gaulle 61.611.934
- Dallas-Fort Worth 58.591.842
- Soekarno-Hatta 57.772.762
- Dubai 57.684.550
————————————————————
Sumber: Airports Council International