Mengenal Dunia Dirgantara Indonesia Setelah Kemerdekaan

3592

Indonesia memang dikenal sebagai negara maritim, tetapi Indonesia juga memiliki sejarah kedirgantaraan yang panjang untuk diketahui.

Industri penerbangan di Indonesia dimulai sejak tahun 1946 oleh Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU). Salah satu pelopor sekaligus pimpinannya adalah Wiweko Supono. Pesawat yang pertama dibuat adalah pesawat layang jenis Glider yang dinamai NWG-1.

Pada tahun 1948 Indonesia kembali berhasil membuat mesin pesawat pertamanya yang dikenal dengan nama RI-X. Pada masa ini banyak bermunculan klub Aeromodelling, namun akhirnya dihentikan karena muncul pemberontakan dan agresi Belanda.

Sejalan dengan prestasi yang telah diperoleh dan dalam rangka mengembangkan hasil yang sudah dibuat, berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia No 488 bulan Agustus 1960, didirikanlah Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Lembaga ini diresmikan pada tanggal 16 Desember 1961 dan bertugas untuk mempersiapkan pendirian industri penerbangan dengan kemampuan untuk mendukung kegiatan penerbangan nasional di Indonesia.

Di era Orde Baru, industri penerbangan Indonesia mulai dipersiapkan menuju komersialisasi. Pada 1976 LAPIP berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang (IPT) Nurtanio. Helikopter menjadi produk unggulan IPT Nurtanio seperti BO-105, Puma, dan Super Puma. Beberapa pesawat penumpang sipil yang diproduksi antara lain C-212 Aviocar dan CN-235.

Namun, masa gemilang itu, hanya berlangsung hingga tahun 1997. Krisis moneter yang melanda memutus pembiayaan untuk pengembangan IPTN. Dampaknya, industri penerbangan Indonesia terpuruk dan baru bangkit belakangan ini dengan nama PT Dirgantara Indonesia (DI).

Baca juga:  Bandara Kualanamu dan Soekarno-Hatta Raih Sertifikat Skytrax
Previous articleSerunya Rayakan Hari Kemerdekaan di Jazz Gunung Bromo 2017
Next articleMenteri BUMN Himbau AP I Perbaiki Bandara Pattimura Ambon