Kreatif pasarkan wisata, Banyuwangi sabet Tourism Award 2013

81

Konsistensi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dalam mengembangkan pariwisata kembali berbuah penghargaan. Kali ini, Banyuwangi menyabet gelar Travel Club Tourism Award (TCTA) 2013 untuk kategori “The Most Creative” tingkat kabupaten. Ini merupakan kali kedua bagi kabupaten berjuluk “The Sunrise of Java” itu menyabet Travel Club Tourism Award. Tahun lalu, Banyuwangi juga meraih penghargaan tersebut untuk kategori “The Most Improved”.

“Diraihnya penghargaan ini jadi pelecut agar pengembangan wisata Banyuwangi ke depan semakin baik,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Penghargaan tersebut diserahkan oleh Dirjen Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Firmansyah Rahim di Gedung Kemenparekraf, Jakarta, Jumat malam (20/12/2013). TCTA 2013 diselenggarakan atas kerja sama Travel Club dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Kemenparekraf. Selain tim juri independen, Universitas Sahid Jakarta dilibatkan sebagai verifikator yang terjun meriset berbagai kabupaten/kota dan provinsi di seluruh Indonesia.

Banyuwangi dinilai sebagai kabupaten yang mengemas pengembangan pariwisata secara kreatif, sehingga layak mendapatkan penghargaan kategori The Most Creative menyingkirkan kabupaten-kabupaten lainnya. Inovasi pemasaran wisata melalui perhelatan Banyuwangi Festival, yang digelar September-Desember 2013 dengan beragam acara wisata, dianggap mampu mengatrol pamor Banyuwangi sebagai destinasi wisata yang layak dipilih.

Anas mengatakan, pariwisata adalah sektor yang bisa dengan cepat menciptakan perputaran ekonomi di masyarakat. Jika bisa dioptimalkan, pariwisata Banyuwangi akan memberi banyak dampak positif ke masyarakat.

Seiring dengan promosi yang dilakukan Banyuwangi, kunjungan wisatawan semakin terdiversifikasi. Jika dulu hanya terkonsentrasi di Kawah Ijen yang terkenal dengan blue fire (api biru), wisatawan kini mulai melirik destinasi lain, mulai dari Pantai Pulau Merah hingga Desa Wisata Using.

Yang bikin bangga, lanjut Anas, seni-budaya setempat ikut terkerek oleh laju kemajuan pariwisata dan ekonomi. Dia mencontohkan beragam acara wisata berbasis seni-budaya seperti Banyuwangi Ethno Carnival, Festival Kuwung, Festival Jazz Pantai, dan Paju Gandrung Sewu yang mampu menjadikan kekayaan seni-budaya sebagai sarana untuk memacu sektor wisata sekaligus mengungkit kegiatan ekonomi. “Ini ibarat menembak dua burung memakai satu peluru. Dengan pengembangan wisata berbasis seni-budaya, konsolidasi sosial jalan, modal sosial terbentuk untuk memajukan daerah. Sisi lainnya, ekonomi bergairah karena promosi kencang,” tuturnya.

Anas mengatakan, berbagai event wisata yang dikemas secara kreatif dalam Banyuwangi Festival berdampak setidaknya pada tiga hal. Pertama, peningkatan pendapatan daerah/komunitas lokal. Kedua, peningkatan imej daerah.

Ketiga, memperluas destination life-cycle, sehingga daerah tidak hanya dikenal melalui satu atau dua destinasi wisata saja. “Kami terus dorong cara-cara pengembangan dan pemasaran yang kreatif, menciptakan “crowd” yang bisa mendatangkan kerumunan orang dan membangun conversation positif tentang Banyuwangi di dunia online dan offline. Ini yang akan menciptakan word of mouth, kekuatan pemasaran berbasis rekomendasi antar-teman atau dari mulut ke mulut yang sangat efektif,” kata Anas.

[des]
Previous articleWali Kota Diberondong Peluru
Next articleSetahun Usia Terminal Baru Bandara Kalimarau