Pemerintah Malaysia menuai kritikan atas pengumumannya bahwa pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 telah berakhir di Samudera Hindia. Padahal hingga saat ini belum ada serpihan pesawat yang ditemukan.
Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak pada Senin, 24 Maret mengatakan, pesawat MAS MH370 yang hilang sejak 8 Maret lalu, telah berakhir di selatan Samudera Hindia. Najib menyampaikan hal ini berdasarkan data satelit dan konfirmasi dari badan penyelidik Inggris.
Di Beijing, China, sejumlah keluarga penumpang MH370 meluapkan kemarahan mereka mendengar pengumuman ini. Mereka menyebut otoritas Malaysia “pembunuh”. Bahkan pemerintah China meminta otoritas Malaysia untuk menyerahkan data baru satelit yang menjadi dasar pengumuman tersebut.
Pihak maskapai MAS sendiri dikecam karena menyampaikan informasi mengenai tak ada yang selamat dalam tragedi ini, lewat pesan singkat (SMS) kepada keluarga penumpang MH370. Namun MAS menegaskan, bahwa SMS tersebut hanya sebagai komunikasi tambahan.
Menurut Bridget Welsh, pakar politik Malaysia di universitas Singapura, Singapore Management University, maksud otoritas Malaysia adalah baik namun cara penyampaian informasi seharusnya bisa diperbaiki.
“Penggunaan pesan SMS bahkan untuk komunikasi tambahan, seharusnya bisa dipikirkan ulang. Saya bayangkan tiap kali seseorang melihat telepon mereka, mereka akan diingatkan akan kehilangan mereka,” cetusnya kepada AFP, Selasa (25/3/2014).
Sementara Paul Yap, dosen penerbangan di Temasek Polytechnic di Singapura, mengatakan, PM Najib harusnya menunggu menyampaikan pengumuman tentang MAS MH370 sampai puing-puing yang dipastikan milik MH370 telah ditemukan.
“Bagaimana bisa pemerintah Malaysia menyatakan penerbangan ‘berakhir’ di Samudera Hindia dengan tanpa bukti fisik?” posting seorang pengguna Twitter.
“Malaysia Airlines dan pemerintah telah menyembunyikan dan menunda informasi, lalu kemudian menyampaikan berita kepada keluarga korban lewat pesan SMS. Menjijikkan,” tulis pengguna Twitter lainnya.