SEMARANG, Perjanjian kerja sama (PKS) antara TNI AD dengan PT Angkasa Pura I, tentang pemanfaatan lahan Bandara Ahmad Yani, belum juga selesai. Belum jelas kapan pembangunan akan segera dimulai.
General Manager PT Angkasa Pura I Bandara A Yani, Priyo Jatmiko mengatakan, kepastian pembangunan Bandara Ahmad Yani masih menunggu disahkannya surat perjanjian kerja sama antara PT Angkasa pura dengan TNI AD, oleh Kementerian Pertahanan, Mabes TNI, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan.
“Prosesnya sampai saat ini masih berhenti di Kementerian Keuangan,” katanya, Minggu (22/12).
Pengembangan Bandara Ahmad Yani diprediksi akan selesai dalam waktu dua tahun. Perluasan bandara akan mampu menampung jumlah penumpang, pesawat, dan muatan kargo hingga 20-30 tahun ke depan.
Dalam masterplan rencana pengembangan disebutkan, apron akan dibangun dua tahap. Tahap pertama seluas 61.344 meter persegi dapat menampung Boeing 767 dua buah dan Boeing 737 delapan buah.
Pembangunan pada tahap dua seluas 72.522 meter persegi dapat menampung pesawat Boeing 767 dua buah dan Boeing 737 sepuluh buah. Sedang terminal baru akan dibangun seluas 40.900 meter persegi dengan kapasitas empat juta penumpang per tahun. Saat ini detail enginaring design (DED) proyek telah mencapai 90%.
Menurut General Affair and Communication Section Head PT Angkasa Pura I Bandara Ahmad Yani, Anom Fitranggono, saat ini luas apron eksisting 29.032 meter persegi dan hanya bisa menampung enam pesawat berbadan sedang, dan dua pesawat baling-baling.
Luas terminal penumpang 6.708 meter persegi. Sedang luas terminal eksisting 6.108 meter persegi dengan kapasitas hanya 900.000 penumpang per tahun.
Rincian anggaran pekerjaan untuk paket satu meliputi pekerjaan pengurugan tanah dan pembuatan jalan akses senilai Rp 272.813.067.363. Pekerjaan terminal dan fasilitas penunjang masuk pada paket dua, dengan estimasi anggaran Rp 605.623.579.008.
Pekerjaan bangunan lain, fasilitas penunjang dan lansekap masuk pada paket tiga dengan pagu anggaran Rp 98.563.353.629. Sementara pagu untuk paket empat yang meliputi pembuatan apron dan taxiway sebesar Rp 120,5 miliar.
“Total nilai investasi yang dibutuhkan Rp 1,14 triliun yang berasal dari Angkasa Pura dan pinjaman bank,” paparnya.
( Fani Ayudea / CN19 / SMNetwork )