PT Angkasa Pura II Tanjung Pinang masih melakukan pembangunan terminal dan perpanjangan landas pacu Bandara Raja Haji Fisabilillah (RHF). Atas pembangunan ini, AP II Tanjung Pinang targetkan kerugian hingga 4 miliar di 2016 ini.
Manager Keuangan AP II Tanjung Pinang Prima Andri mengungkapkan kerugian AP II Tanjung Pinang pada 2015 mencapai Rp 29 miliar atau lebih rendah dari perkiraan sebesar Rp 31 miliar. Sedangkan kerugian pada 2014 tercatat Rp 35 miliar. Untuk tahun ini, AP II Tanjung Pinang menargetkan kerugian Rp 4 miliar.
“Dari tahun ke tahun kerugian terus menurun. Kami sedang bergerak cepat untuk menekan kerugian. Pada tahun ini ditargetkan tekan kerugian lebih rendah lagi, berkurang Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar. Kerugian terjadi sejak kebijakan over flying diambil alih Airnav,” jelas Prima di Singapura, Minggu (28/2).
Sebelumnya, Bandara RHF tetap untung meskipun jadwal penerbangan sepi. Keuntungan didapat dari setoran maskapai lain yang melewati langit Bintan. Namun, pungutan itu diberikan kepada pihak Airnav sehingga keuntungan AP II Tanjung Pinang berkurang dan bahkan merugi, ditambah pula kewajiban perusahaan untuk menyelesaikan proyek perluasan bandara.
Untuk menekan kerugian, pihak AP II Tanjung Pinang melakukan beberapa langkah penyelamatan. Prima mengatakan, pihaknya tengah mengajak maskapai penerbangan untuk membuka rute penerbangan baru ke Tanjung Pinang.
AP II juga telah teken kesepakatan MoU dengan maskapai Sriwijaya Air untuk mengembangkan potensi wisata di Bitan, dengan membuka rute penerbangan langsung dari dan ketiga kota di China. “Kami berikan diskon landing fee 50 persen bagi maskapai yang buka penerbangan rute international”, tambahnya.