Bandara Gustaf III, Saint Barthélemy

334

Bandar Udara Gustaf III(IATA: SBH, ICAO: TFFJ), juga dikenal sebagai Bandar Udara Saint Barthélemy atau Bandar Udara St. Jean (bahasa Perancis: Aérodrome de St Jean), adalah bandar udara untuk umum yang berlokasi di desa St. Jean di sebuah pulau karibia bernama Saint-Barthélemy. Baik bandara maupun kota terbesar pulau ini Gustavia Diberi nama sesuai dengan nama Raja Gustav III dari Swedia, yang memimpin saat Swedia membeli pulau dari Prancis pada tahun 1785 (kemudian dijual kembali pada tahun 1878).

Tahun 1984, Menteri komunikasi Swedia, Hans Gustafsson, meresmukan bangunan terminal dari Bandar Udara Gustaf III.

Penduduk lokal St. Barthians dapat datang dan meninggalkan pulau mulai pukul 8:00 pagi hari hingga hari gelap pada pukul 18:00, saat bandara ditutup. St. Barthians mengalami masalah karena adanya kekurangan pencahayaan bandara untuk keperluan darurat. Resiko ini dikhawatirkan meningkat karena lalu lintas penerbangan menuju pulau yang semakin berkembang.

Bandara ini dilayani oleh pesawat komersial regional kecil dan charter. Sebagian besar pesawat yang datang membawa penumpang kurang dari dua puluh orang, seperti pesawat Twin Otter, yang paling sering terlihat di sekitar Saint Barth dan di sekitar bagian utara Hindia Barat. Landasan pacu pendek berada di tanah yang agak miring dan berakhir langsung di pantai. Saat datang pesawat harus menukik cukup tajam untuk melewati bukit di ujung landasan pacu dan pesawat yang meninggalkan bandara harus berhadapan dengan wisatawan yang berjemur di pantai (meskipun terdapat rambu kecil yang menyarankan orang tidak berjemur tepat di ujung landasan pacu). Bandara ini berlokasi di kota terbesar kedua di pulau ini, St. Jean.

Baca juga:  Low Sealings Sempat Ganggu Penerbangan di Alaska

Program The History Channel Most Extreme Airports, meletakkan bandara Gustaf III, yang sering disebut sebagai “St. Barth’s”, sebagai bandar udara ketiga paling berbahaya di dunia.

Insiden dan kecelakaan
Sebuah Piper PA-23 Aztec mencoba mendarat di landasan pacu 10 yang sulit pada 23 Mei 2009, kemudian menyentuh landasan pacu 700 kaki setelah titik lepas landas. Video amatir menunjukkan bahwa pesawat datang terlalu tinggi dan terlalu cepat dari biasanya sebelum menukik menuju landasan pacu. Pesawat memperoleh kecepatan lebih tinggi saat turun dan terjebak daya tekan, yang membuat pilot kesulitan mengendalikan pesawat di landasan pacu dan mengunci ban saan mengerem. Akhirnya pesawat berhenti di pasir dan tersungkur hampir terbalik. Tidak ada yang cedera.

Previous articleBandara Toncotin, Honduras
Next articleBandara Barra, Skotlandia