Dari Singapura sampai ke Rusia, bandara atau terminal bandara yang baru dirancang dengan spektakular dan berbeda dari bandara-bandara yang sudah ada.
Bandar Udara Changi, Singapura (dibuka tahun 2018)
Arsitek Moshe Safdie – yang mendesain kompleks perumahan Habitat 67 di Montreal, Kanada, – memulai konstruksi pembangunan baru di bandar udara Singapura, Changi, pada bulan Desember 2014. Dengan menampilkan ‘Forest Valley’(Lembah Hutan), ‘Jewel Gardens’ (Kebun Permata) dan air terjun setinggi 40 meter yang dinamai ‘Rain Vortex’, bandara baru ini akan tampak seperti Dunia yang Memukau daripada sekadar terminal udara.
Pepohonan, palem dan pakis ditanam di dalam kubah kaca seluas 134.000 m2. Direncanakan untuk selesai pada tahun 2018, Kompleks Permata ini akan dihubungkan oleh jembatan pejalan kaki ke terminal-terminal yang sudah ada, dan juga menawarkan ruang untuk toko dan restoran di sepanjang tumbuh-tumbuhan ini. Safdie mengatakan bahwa proyek ini merupakan ‘prototipe ruang perkotaan yang baru’.
Bandar Udara internasional Mexico City, Meksiko (dibuka tahun 2018)
Pada bulan September 2014, perusahaan arsitektur Ingris Foster and Partnersmemenangkan lomba untuk mendesain yang akan menjadi salah satu bandar udara terbesar di dunia jika kelak selesai dibangun tahun 2018. Bekerja sama dengan perusahaan Meksiko, Fernando Romero Enterprise, Foster and Partners mengungkapkan rencananya untuk membangun terminal seluas 555.000 m2 di bawah sebuah cangkang ringan.
Bandar udara internasional baru untuk Mexico City ini dirancang untuk mengakomodasi makin meningkatnya jumlah penumpang dan menggemakan rencana Foster untuk membangun pelabuhan luar angkasa swasta pertama di dunia di New Mexico. Struktur untuk bandar udara ini sudah dikerjakan lebih dulu, sehingga memungkinkan pembangunan dengan cepat tanpa menggunakan perancah. Gedung baru ini akan memanfaatkan energi surya dan juga menampung air hujan serta mempertahankan suhu di dalam ruang dengan menggunakan ventilasi natural.
Bandar Udara internasional Mexico City, Meksiko (dibuka tahun 2018)
Pada bulan September 2014, perusahaan arsitektur Ingris Foster and Partnersmemenangkan lomba untuk mendesain yang akan menjadi salah satu bandar udara terbesar di dunia jika kelak selesai dibangun tahun 2018. Bekerja sama dengan perusahaan Meksiko, Fernando Romero Enterprise, Foster and Partners mengungkapkan rencananya untuk membangun terminal seluas 555.000 m2 di bawah sebuah cangkang ringan.
Bandar udara internasional baru untuk Mexico City ini dirancang untuk mengakomodasi makin meningkatnya jumlah penumpang dan menggemakan rencana Foster untuk membangun pelabuhan luar angkasa swasta pertama di dunia di New Mexico. Struktur untuk bandar udara ini sudah dikerjakan lebih dulu, sehingga memungkinkan pembangunan dengan cepat tanpa menggunakan perancah. Gedung baru ini akan memanfaatkan energi surya dan juga menampung air hujan serta mempertahankan suhu di dalam ruang dengan menggunakan ventilasi natural. (DBOX untuk Foster and Partners)
Bandar Udara internasional Chhatrapati Shivaji, Mumbai, India (dibuka tahun 2014)
Didesain untuk menggambarkan bulu-bulu di ekor burung merak –dan mencerminkan pavilion terbuka tradisional India– kanopi beton di terminal baru merupakan bagian dari kecenderungan saat ini untuk merefleksikan arsitektur lokal di bandar-bandar udara. Bagian tambahan bandar udara Mumbai ini dibuka bulan Februari 2014 dan merupakan buah karya visi perusahaan Amerika Serikat SOM.
Di situs internetnya SOM mengatakan bahwa ‘saat terminal ini merayakan identitas teknologi tinggi global baru untuk Mumbai, struktur terminal sarat dengan tanggapan atas keadaan, sejarah dan budaya lokal’.
Bandar Udara internasional Bao’an, Shenzhen, Cina (dibuka di akhir tahun 2013)
Dihiasi pola-pola sarang lebah dan dengan luas sepanjang 1,5km, terminal baru di Bao’an di Shenzhen memang dirancang untuk menyerupai bentuk ikan pari, menurut para arsiteknya di Studio Fuksas. Para arsitek terminal ini secara puitis menggambarkannya sebagai ‘ikan yang bernapas dan berubah-ubah bentuk, melewati berbagai variasi dan menjelma menjadi burung untuk merayakan perasaan dan fantasi sebuah penerbangan’.
Desain ini diteruskan di bagian dalam dengan jendela-jendela segi enam di langit-langit yang memungkinkan cahaya alami masuk memantulkan bundaran-bundaran cahaya. (Archivio Fuksas)
Bandar Udara internasional Chongqing Jiangbei, Chongqing, Cina (dibuka tahun 2015)
Konsorsium perusahaan yang merancang terminal baru di bandar udara internasional Jiangbei masih meneruskan kecenderungan ruang-ruang hijau di bandar udara. Dengan dua sayap yang merujuk pada dua sungai di Chongqing, struktur terminal ditempatkan di dalam sebuah taman.
Setelah selesai nanti, terminal akan dapat menerima 55 juta penumpang per tahunnya, sehingga masuk dalam 15 bandar udara terbesar di dunia.
Bandar Udara internasional Pulkovo, Rusia (dibuka tahun 2014)
Dirancang oleh Grimshaw architects agar bisa cocok dengan iklim ekstrem di St Petersburg, terminal baru di bandar udara Pulkovo menampilkan gaya langit-langit lipat (folded ceilings) yang monumental dibungkus oleh panel-panel besi yang mengingatkan pada menara-menara gereja bersepuh di kota itu. Serangkaian zona yang berkaitan dimaksudkan untuk mencerminkan lanskap pulau dan jembatan di St Petersburg.
Terminal yang resmi dibuka pada bulan Februari 2014 ini memiliki bangunan dengan atap rata dengan struktur berlipat di bawahnya yang mendistribusikan berat dari bagian tengah untuk mendukungnya saat salju turun deras. Setelah pembangunan tahap kedua dan akhir proyek diselesaikan tahun 2015, bandar udara ini akan mampu melayani 17 juta penumpang setiap tahunnya.
Bandar Udara baru Istanbul, Turki (dibuka tahun 2019)
Grimshaw juga bertanggung jawab atas sebuah tim yang mendesain bandar udara baru dengan enam landasan pacu di Istanbul yang bertujuan untuk mengakomodasi 90 juta penumpang pertahunnya setelah bandar udara dibuka tahun 2019, sebelum meningkatkan kapasitasnya menjadi 150 juta setelah selesai seluruhnya. Menonjolkan kanopi berkubah, Terminal Satu bandar udara ini akan berada di tanah seluas hampir 100 hektar. Para arsiteknya mengatakan bandar udara ini akan menjadi ‘terminal bandar udara di bawah satu atap terbesar di dunia’ jika kelak selesai.
“Kami merasa terinspirasi oleh penggunaan warna dan pola lokal, kualitas cahaya, dan bagaimana cahaya menembus gedung-gedung, dan juga oleh arsitektur tradisional seperti Masjid Süleymaniye,” kata Tomas Stokke, direktur Haptic, yang bekerja sama dengan Grimshaw serta Nordic Office of Architecture untuk proyek ini.
Bandar Udara Gunung Fuji, Shizuoka, Jepang
Pemenang Penghargaan Pritzker Shigeru Ban tengah merancang sebuah terminal untuk bandar udara yang berada di kaki Gunung Fuji. Diilhami oleh perkebunan teh yang mengelilingi gunung tersebut, rencananya adalah menyertakan lengkungan tong-tong kayu yang berasal dari sumber yang ramah lingkungan.
Di bagian dalam, cahaya alamiah ditebarkan oleh atas kanopi yang terbuat dari kayu laminasi yang dipelintir dengan penggunaan kisi-kisi merupakan gaya khasarsitek Jepang itu.