Tim Robotika Unikom Kena Getah Tragedi Hilangnya Pesawat MAS MH307

130

TIM Robotika Universitas Komputer (Unikom) Bandung bakal mengikuti ajang robot tingkat internasional “Trinity Robowaiter Contest 2014” di Harford Connecticut, Amerika Serikat pada 5-6 April 2014 mendatang.

Meski semangat dan optimis bisa meraih juara, anggota tim masih terkendala belum adanya baterai litium sebagai salah satu komponen penggerak robot. Mereka terpaksa tidak bisa membawa baterai jenis tersebut dari Indonesia pascainsiden hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH307.

Tim Unikom yang berangkat kali ini berjumlah lima orang yang terdiri atas Ketua Tim Robotika Unikom, Taufiq Nuzwir Nizar, Rodi Hartono (dosen pembina), Giri Laya Bahari (mahasiswa Teknik Komputer), Erwin Guna Setiawan (mahasiswa Teknik Komputer), dan Anita Fitrizia (mahasiswi Teknik Elektro).

Beberapa bulan terakhir ini, mereka sudah mempersiapkan secara detail bukan hanya empat robot yang nanti akan dilombakan, tapi juga persiapan lain sebagai antisipasi hal-hal yang bisa sewaktu-waktu diperlukan saat pertandingan nanti. Namun saat akan mendaftarkan barang bawaan termasuk robot, tim dikejutkan dengan larangan membawa baterai litium ke dalam pesawat.

“Aturan ini ternyata baru saja diberlakukan pascainsiden hilangnya MH370,” kata Rodi di Kampus Unikom Bandung, Selasa (25/3).

Aturan ini tentu saja membuat anggota tim sempat bingung. Bagaimana tidak, menurut Rodi, untuk menggerakkan robot-robot tersebut, salah satunya dengan baterai litium. Meski yakin di Amerika ada yang menjual baterai litium, belum tentu pas untuk robot ataupun barangnya tersedia dengan mudah. Mengingat mereka adalah warna negara asing.

“Inilah salah satu yang membuat kami kuatir juga. Semoga kami bisa dapat baterai tersebut. Karena tanpa baterai ini tentu robot tidak bisa digerakkan,” katanya.

Bukan hanya harus membeli baterai litium di AS, waktu yang cukup mepet ini tentu sangat berharga karena bila sudah memiliki baterai dari Indonesia, tim hanya tinggal berlatih atau melakukan uji coba robot.

Robot yang berada di bagasi harus diuji untuk memastikan tidak ada kekurangan atau kerusakan akibat ditaruh dalam bagasi. Namun dengan tidak adanya baterai, tim terpaksa harus mencari dulu baterai, setelah itu menguji coba robot sebelum dipertandingkan.

Meski kuatir, Anita yang satu-satunya perempuan di tim ini dan baru pertama kali ikut lomba optimistis robot karyanya bisa tampil sempurna. Selain sudah merakit sejak November 2013, ia sudah berkali-kali menguji coba robotnya yang diberi nama UBot Red (R) tersebut. Pada ajang kali ini, Anita akan mengikuti kategori Robowaiter Entry Level.

“Saya membuat robot ini sejak November sampai Maret ini. Semoga hasil yang bisa saya raih nanti sepadan dengan usaha saya, harus optimis,” katanya.

Selain UBot-R, robot lain yang akan bertanding yakni UBot-W untuk ikut kategori Robowaiter Entry Level, UBot -Y (Yellow) untuk kategori Robowaiter Advance Level, dan UBot-G di kategori yang sama.

Menurut Taufiq, Ketua Tim, kontes Robowaiter adalah tim harus menciptakan robot yang dapat membantu orang cacat. Tahun ini tantangannya lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun ini, robot harus bisa membawa makanan dalam wadah dan minuman kepada dua pasang boneka sebagai pengganti model orang cacat.

Di ajang ini, tim robot optimistis dan menargetkan bisa meraih juara. Mereka harus berusaha maksimal karena harus berhadapan dengan negara-negara lain, seperti Cina, Meksico, Portugal, dan Israel.  Keberangkatan tim didukung penuh oleh Rektor Unikom, Eddy S Soegoto dengan menanggung semua biaya.

Sumber: http://id.berita.yahoo.com/tim-robotika-unikom-kena-getah-tragedi-hilangnya-pesawat-193829182.html

Previous articleRadar Sibuk, MH370 Tak Terlacak Lewati Indonesia?
Next articleAntara Pesawat Presiden dan Nyawa Satinah