Beragam pendapat dan sikap dari berbagai kalangan bermunculan sesaat setelah terjadinya sebuah kecelakaan pesawat terbang, seperti yang menimpa Lion Air di Bali, pertengahan April lalu.
Bahkan ada yang menjadikan kecelakaan pesawat sebagai guyonan di berbagai jejaring sosial atau group. Hampir seluruh stasiun televisi memberitakan mengenai kejadian kecelakaan pesawat. Sesegera mungkin stasiun TV mendapatkan gambar di lokasi kejadian serta berusaha mewawancarai korban selamat atau pihak-pihak terkait.
Sementara itu di tempat kejadian, petugas sibuk melakukan pertolongan dan evakuasi, rumah sakit melakukan tindakan medis dari penumpang yang mengalami luka-luka. Petugas KNKT yang ditunjuk harus rela meninggalkan keluarga untuk segera menuju lokasi kejadian. Demikian sekilas potret aksi dan reaksi manakala sebuah kecelakaan pesawat terjadi.
Pada prinsipnya tidak ada pilot yang menghendaki terjadinya sebuah kecelakaan. Di setiap kecelakaan pesawat terbang, kontributor faktor yang menyebabkan kecelakaan pesawat dapat dipastikan lebih dari satu. Kedua hal ini harus dipahami oleh berbagai kalangan sebagai sebuah prinsip dasar dalam memberikan tanggapan terhadap sebuah kecelakaan pesawat.
Sebetulnya pesawat terbang komersil itu bisa saja hanya dioperasikan oleh seorang pilot, namun hal itu tidak diperbolehkan dengan alasan keselamatan penerbangan. Manusia itu tidak sempurna sehingga perlu “back up” untuk meminimalisasi hal tersebut.
Hal inilah yang mendasari adanya Pilot & Co-Pilot dalam sebuah operasional penerbangan komersil. Mereka bersinergi dalam operasional penerbangan, membawa penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mengedepankan “Check & Recheck” dalam setiap kegiatan yang dilakukan di kokpit pesawat.
Meskipun sudah dioperasikan oleh dua orang, tetap saja ada kemungkinan kelalaian yang sering disebut dengan “human error”. Oleh karena itu diperlukan program training yang sesuai standar dan dilaksanakan secara konsisten. Seorang pilot dilatih untuk menghadapi situasi dan kondisi buruk, dilatih untuk menghadapi kondisi cuaca yang extreme , serta kondisi mesin pesawat mati.
Bahkan, evakuasi apabila terjadi kecelakaan pesawat terbang, juga merupakan bagian dari pelatihan tersebut.
Perlu pula dipahami bahwa Human Error dalam sebuah kecelakaan bukan semata-mata pilot error. Ada beberapa error yang dapat menjadi pemicu sebuah kecelakaan, misalnya error yang terjadi pada mekanik pesawat, petugas muatan, awak pesawat, para atasan manajemen maskapai, bahkan ada kemungkinan pula para pemegang kebijakan otorita penerbangan yang kesemuanya itu perlu dilakukan investigasi menyeluruh.
Pelatihan dilakukan untuk menghindarkan pesawat dari potensi kecelakaan. Namun kalau kecelakaan itu tetap terjadi, maka sudah menjadi tugas utama seorang pilot untuk memastikan keselamatan penumpang. Pilot akan berusaha semaksimal mungkin agar tidak ada korban meninggal atau luka-luka.
Beberapa kejadian kecelakaan pesawat terbang memang disebabkan oleh “kelalaian” awak pesawat. Namun kita juga tidak boleh melupakan aksi “heroik” seorang pilot untuk menyelamatkan penumpangnya di saat pesawat yang dikemudikannya mengalami kerusakan atau dihadang oleh cuaca buruk.
Sudah saatnya kita lebih dewasa dalam menyikapi kecelakaan pesawat terbang. Lebih baik mengawal langkah-langkah dan upaya perbaikan yang diperoleh dari rekomendasi KNKT atas kecelakaan pesawat guna mencegah kejadian serupa terjadi di penerbangan Indonesia. Marilah kita bersama membangun keselamatan penerbangan di Indonesia.